Produk Handphone

Senin, 31 Oktober 2011

Tinjauan Filsafat Komunikasi Terhadap Prilaku Komunikator Politik


              Richard Lanigan dalam karyanya yang berjudul “Communication Models in Philosophy, Review and Commentary” membahas secara khusus “analisis filsafati mengenai komunikasi”. Mengatakan; bahwa filsafat sebagai disiplin biasanya dikategorikan menjadi sub-bidang utama menurut jenis justifikasinya yang dapat diakomodasikan oleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
·         Apa yang aku ketahui ? (What do I know ?)
·         Bagaimana aku mengetahuinya ? (How do I know it ?)
·         Apakah aku yakin ? (Am I sure ?)
·         Apakah aku benar ? (Am I right ?)
            Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan penyelidikan sistematis studi terhadap : Epistemologi, Ontologi,  Aksiologi.
            Epistemologi; merupakan cabang filsafat yang menyelidiki asal, sifat, metode dan batasan pengetahuan manusia (a branch of philosophy that investigates the origin, nature, methods and limits of human knowledge).Epistemologi berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan lebih fundamental lagi bersangkutan dengan kriteria bagi penilaian terhadap kebenaran dan kepalsuan, tepat apabila dihubungkan dengan metodologi. Metode; adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik dan logis. Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi :
1.      Kerangka pemikiran yang logis;
2.      Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran;
3.      Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual.
            Jujun S Suriasumantri, mengemukakan akronim metode ilmiah yang dikenal sebagai logicohypotetico verifikasi, kerangka pemikiran yang logis mengandung argumentasi yang dalam menjabarkan penjelasannya mengenai suatu gejala bersifat rasional. Lanigan, mengatakan bahwa dalam prosesnya yang progresif dari kognisi menuju afeksi yang selanjutnya menuju konasi, epistemology berpijak pada salah satu atau lebih teori kebenaran.
            Dikenal empat teori kebenaran, sebagai berikut :
1) Teori koherensi; suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
2) Teori korespondensi; suatu pernyataan adalah benar jikalau materi yang terkena oleh persyaratan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu.
3) Teori pragmatik; suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia.
`           Epistemologi dalam proses komunikasi sebagai contoh misalnya  dapat dilihat dalam kegiatan komunikasi politik, ketika para komunikator politik mencoba untuk melakukan kegiatan komunikasi dalam aktivitas politik. Seperti yang kita lihat dalam wawancara televisi mereka saling beradu argumentasi dan mendukung argumentasinya melalui dalil-dalil hukum yang dianggap tepat. Hal ini menunjukkan bahwa para komunikator politik dalam menyampaikan pesan merancang dan mendesain pesan yang disampaikan itu agar dipahami sebagai suatu kebenaran.
            Seringkali kebenaran yang disampaikan oleh para politisi itu merupakan realitas yang semua, apapun dalil mereka tetap merupakan suatu kebenaran karena mereka dalam menyusun argumentasinya secara sistematis, logis namun sejatinya proses komunikasi yang mereka lakukan tidak sampai pada kebenaran yang hakiki tetapi kebenaran yang hanya dirasakan oleh pihak-pihak tertentu. Sehingga para komunikator politik sering melakukan “pembenaran” politik.
            Ontologi; adalah suatu studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Hubungannya dengan teori komunikasi, ontologi  berkaitan dengan hal-hal sbb :
1.      Sifat manusia dan hubungannya secara kontekstual dan individual dengan realita dalam alam semesta;
2.      Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan;
3.      Problem pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia.
            Pentingnya ontologi bagi pembahasan filsafat komunikasi, dikutip pendapat Jujun S Suriasumantri dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan bahwa ontologi merupakan suatu kajian tentang hakikat keberadaan zat, hakikat pikiran, dan hakikat kaitan zat dengan pikiran. Objek metafisika menurut Aristoteles, ada dua yakni :
·         Ada sebagai yang ada; ilmu pengetahuan mengkaji yang ada itu dalam bentuk semurni-murninya, bahwa suatu benda itu sungguh-sungguh ada dalam arti kata tidak terkena perubahan, atau dapat diserapnya oleh panca indera. Metafisika disebut juga Ontologi.
           Bahwa keberadaan pesan politik dalam proses komunikasi politik itu hakikatnya memiliki keberadaan, ada pesan-pesan tertentu yang sifatnya politis dalam konteks komunikasi politik dan diperuntukkan untuk kepentingan politik.  Kegiatan simbolik terdiri atas orang-orang yang menyusun makna dan tanggapan bersama terhadap perwujudan lambang-lambang referensial dan kondensasi dalam bentuk kata-kata, gambar, dan perilaku. Dengan mengatakan bahwa makna dan tanggapan itu berasal dari pengambilan peran bersama, kita meminta perhatian kepada orang untuk memainkan peran. Hal ini berlaku baik bagi lambang politik maupun bagi lambang jenis apapun. Misalnya, orang yang pindah pekerjaan kepada jabatan politik tinggi(presiden, gubernur, anggota DPR, dsb.) akan menggunakan gelar dan kelengkapan kedudukan itu; lambang-lambang itu membantu membentuk kepercayaan, nilai, dan pengharapan sejumlah besar orang mengenai bagamana mereka harus menanggapi jabatan itu.
            Dengan merangsang orang untuk memberikan tanggapan dengan cara tertentu, untuk memainkan peran tertentu terhadap pemerintah (komunikator politik), dan untuk mengubah pikiran, perasaan, dan pengharapan mereka, lambang-lambang signifikan memudahkan pembentukan opini publik. Sebagaimana lambang dari pembicaraan politik, kata-kata, gambar, dan tindakan komunikator politik merupakan petunjuk bagi orang-orang bahwa mereka dapat mengharapkan sesama warga negara menanggapi lambang-lambang itu dengan cara tertentu yang sudah dapat diperkirakan.
            Aksiologi; asas mengenai cara bagaimana menggunakan ilmu pengetahuan yang secara epistemologis diperoleh dan disusun. Aksiologi adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan nilai-nilai seperti etika, estetika, atau agama. Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Jelaslah, pentingnya seorang komunikator untuk terlebih dahulu mempertimbangkan nilai (value judgement), apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak.
            Aksiologi dalam komunikasi politik adalah manfaat dalam melakukan kegiatan komunikasi politik. Sejatinya, komunikasi politik ditujukan untuk kemaslahatan dan kesejahteraan rakyat, namun seperti yang kita lihat selama ini dalam kasus politik di negeri bahwa komunikasi politik diarahkan untuk keprntingan-kepentingan pribadi bukan untuk kepentingan umum. Pesan-pesan politik dibingkai oleh para komunikator politik agar dapat mempengaruhi masyarakat.
            Oleh karena itu manfaat mempelajari aksiologi filsafat dalam konteks komunikasi politik adala mengembalikan kebenaran itu agar kegiatan komunikasi politik diarahkan dalam memberikan upaya pencerdasan rakyat sehingga mereka sadara akan hak dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Demikian pula para komunikator politik sadar bahwa tanggung jawabnya sebagai politisi yang perlu menyampaikan dan memperjuangkan kebenaran dengan memperhatikan kesejahteraan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar